Jumat, 06 Januari 2017

EGO YANG LEBUR

EGO YANG LEBUR

Bagaimana kah ego yang lebur?
seseorang yang masih ber EGO dan yang telah lebur ego nya itu akan tampak pada sikap.

Bulan lalu saya pulang ke kampung halaman, yaitu Aceh. Untuk menghadiri pesta perkawinan adik saya. Dan di belakang rumah adik saya itu tinggallah seorang Tengku(Ustad). Dia seorang ustad dan Imam mesjid. kami sering memanggil beliau dengan panggilan Tengku Ni..

Setiap malam selesai sholat isya, ia akan datang ke rumah adik saya. Untuk mengobrol dengan saya. Kami pun Asyik mengobrol tentang Allah, tentang Agama, dan komunikasi Al quran.

Saya pun berbagi tentang pemahaman saya yaitu, dzikrullah itu bukan "ingat Allah", tetapi "Sadar Allah". Dan ia bisa menerima. Lantas saya ceritakan bahwa saya mengamalkan dzikir nafas agar saya mencapai IHSAN(Sadar Allah).

Dan beliau pun mengambil kesimpulan bahwa ilmu Dzikir Nafas Sadar Allah yang saya amalkan ini ialah "ilmu jati diri".

" Bagus tuh ndy, selama ini orang hanya belajar ibadah dengan jasad saja, tetapi banyak orang diri sejati nya belum beribadah. Sehingga ibadah nya menjadi ibadah orang Munafik. lain yang di perbuat jasad nya, lain pula yang ada di hati nya." Pesan tengku Ni.

Memang kalau sudah membicarakan Allah itu tiada habis nya. Pasti semangat, karna telah sama frekwensi nya. Tiap malam ia terus berkunjung ke rumah adik saya.

Pelajaran yang saya dapat dari beliau ialah sikap atau akhlak. Hidup nya sangat tenang. Walau dia Tengku, imam mesjid, tetapi tiada sedikit pun Ego pada diri nya. Sangat bersahaja. Tiada ia merasa berilmu. Tiada ia merasa ingin di hormati. Sangat berbeda kalau dengan Ustad-ustad di tempat saya tinggal, gila hormat, angkuh. Kalau sudah jadi imam mesjid, ego nya makin tinggi.

Dengan Sadar Allah, saya seperti di Nasehatkan oleh Allah, " lihat tuh Andy, tengku Ni yang seorang tengku dan Imam mesjid saja, tiada EGO.. Ego nya telah lebur. Padahal berilmu agama, di hormati. Tetapi tiada ia sombong dan gila hormat. Ia tetap biasa-biasa saja."

Saya pun tersipu malu kepada Allah," Apalagi Hamba ya Allah? Hamba bukan siapa-siapa, ilmu tak seberapa. Jika berlaku sombong dan ego, sungguh tak tahu diri ya?hehe.. jawab saya dalam kesadaran.

Malam terakhir di Aceh, tengku Ni datang lagi. Kami pun photo-photo sebagai kenangan. Dan yang membuat saya kaget ialah, beliau memeluk saya. Dimana-mana ustad, imam mesjid itu gila hormat. Kebanyakan kita yang tunduk mencium tangan sebagai penghormatan. Tetapi yang satu ini sangat berbeda. Ego nya telah lebur.

Keesokan hari, saya pun berpamitan, dan mencium tangan beliau. Sebagai penghormatan yang muda kepada yang tua.

Alhamdulillah.. dengan Sadar Allah, kita akan dapat menangkap pelajaran Allah dalam kehidupan ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar