Imu Syariat dan Ilmu Hakikat
Syariat dan Hakikat itu ialah ialah dua cabang ilmu yang berbeda,
saya akan analogikan dengan bahasa yang mudah, semoga bisa di pahami oleh teman-teman semua.
jika ingin mengetahui ilmu hakikat, coba pahami kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir. ada di ceritakan di Al quran (QS. Al - kahfi 60 -82).
Syariat dan Hakikat ialah dua ilmu atau pemahaman yang berbeda.
Syariat ibarat jasad/jasmani.. sedangkan Hakikat ibarat jiwa/rohani. atau bisa juga di analogikan syariat dan hakikat itu ibaratkan dzohir dan bathin.
sesuatu yang dzohir, kita bisa melihat dengan jelas dan nyata, sedangkan sesuatu yang bathin itu hanya bisa di lihat dengan kesadaran jiwa/rohani. mana bisa mata ini memandang. begitu pula lah ilmu syariat dan ilmu hakikat. orang yang memiliki ilmu hakikat, ia bisa melihat dan mengetahui sesautu yang tak tampak atau tersembunyi, baginya sangat nyata. tiada lagi rahasia bagi nya, itu lah laduni. yaitu sesuatu ilmu atau pemahaman yang di berikan Allah secara langsung. dan ilmu syariat ialah ilmu yang dunia pada umum nya. masih mekakai logika sebab-akibat.
seperti kisah nabi khidir dan nabi musa, yang beliau minta belajar itu ialah ilmu hakikat. saya pun tak tahu sejarah nabi musa bisa berbicara dengan Allah itu, setelah menemui khidir ataukah sebelum menemui khidir? bisa jadi setelah menemui khidir lah baru nabi musa bisa bercakap-cakap dengan Allah.
Dari kisah nya itu, nabi Musa tidak dapat mengetahui hakikat sesuatu seperti yang di ketahui nabi khidir. sehingga nabi musa pun marah dan tak terima pada apa yang di lakukan oleh nabi khidir. padahal nabi khidir melakukan semua itu dengan ilmu dari sisi Allah.
Tiga Hal yang di lakukan Nabi khidir dengan pengetahuan Hakikat,
-melubangi perahu orang
- membunuh anak muda
-menegakkan dinding rumah yang hampir roboh, tapi tak meminta imbalan.
Dan Tiga hal pula yang di bantah oleh Nabi Musa dengan pengetahuan Syariat.
- Mengapa engkau melubangi perahu itu, apakah untuk menenggelamkan penumpang nya? sungguh, engkau telah berbuat kesalahan yang besar.
- Mengapa engkau bunuh jiwa yang bersih, sedangkan dia tidak membunuh orang lain? sunngguh engkau telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar.
- Jika engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan atas jasa menegakkan rumah.
padahal, apa pun yang di lakukan Nabi Khidir ialah dengan pengetahuan dan perintah Allah, hakikat sesuatu. yaitu,
- Melubangi perahu bukan untuk menenggelamkan penumpang nya, tetapi agar perahu itu tidak tidak di rampas oleh seorang raja, dan pemilik perahu itu adalah seorang yang miskin.
-Membunuh anak muda, karna anak itu soerang kafir, Allah tidak ingin ia mengajak orang tua pada kekafiran, padahal kedua orang tua nya itu mukmin. Allah ingin mengganti dengan Anak yang lebih baik dan berbakti.
-pemilik dinding rumah yang hampir roboh itu, ialah dua anak yatim. ayah nya seorang yang soleh. dan Allah berkehendak, tunggu mereka dewasa baru lah dinding itu akan roboh, karna di situ ada simpanan harta ayah nya. jadi Allah memberi tunggu waktu yang tepat.
semua yang di lakukan nabi khidir itu bukan atas kemauan nya sendiri, tetapi karna perintah Allah. ia memahami perintah-perintah Allah pada diri nya.
sekarang kita kembali ke laptop( kata tukul Arwana)! hehe..
Dari kisah di atas.. sangat berbeda kan yang memahami syariat dan yang memahami hakikat?
Dari kecil kita belajar mengaji, belajar membaca Al quran, tetapi tiada di ajarkan memahami isi Al quran.
Dari kecil kita belajar Sholat, tetapi tiada di ajarkan hakikat sholat.
Dari kecil kita belajar Dzikir, tetapi tiada belajar hakikat dzikir. tau nya hanya menyebut nama Allah saja banyak-banyak.
Dari kecil kita di ajarkan berbuat baik, tetapi tiada kita pahami perbuatan baik itu untuk diri apa untuk Allah?
Syariat dan Hakikat itu tidak boleh terpisah.
yang memahami hakikat.. syariat nya pasti paham/bagus. sedangkan yang memahami syariat, belum tentu ia paham hakikat. jadi harus di tingkatkan, kita terus belajar. dalam perjalanan hidup, kita terus belajar dan belajar. nanti pemahaman pasti akan meningkat. dan kita akan merasakan layak nya Nabi Khidir.. ketika kita memahami suatu hakikat, kita pasti di anggap gila, aneh, bahkan di tuduh sesat bagi orang-orang yang masih memahami syariat.
jadi, kita harus sabar, harus lebih bijaksana dalam menghadapi, mereka. mereka itu belum paham. jadi kita harus lebih pandai menyampaikan pesan. Saya saja banyak di bilang gila dan sesat oleh orang di sekitar saya. ketika saya menyampaikan kebenaran apa yang saya dapatkan dari Allah, banyak yang marah, ngamuk, tak terima. terjadi lah seperti kisah nabi musa dan nabi khidir.
kita tidak salah.. mereka pun tidak salah.. mereka hanya lah belum mengetahui seperti apa yang kita ketahui.
siapa kah yang bisa mengajarkan ilmu hakikat?
tiada seorang pun yang bisa mengajarkan, yang mengajarkan itu adalah Allah sendiri. sedangkan Nabi khidir saja tidak bisa mengajarkan nabi musa, beliau hanya mencontohkan, nyata nya nabi musa tak dapat melihat apa yang di lihat nabi khidir.
tetapi ada suatu metode agar kita bisa mengenal hakikat diri, mengenal Allah lebih dekat. yaitu dzikir nafas Sadar Allah. guru saya pun tidak pernah mengajarkan saya ilmu hakikat. beliau hanya mengjarkan Dzikir Nafas Sadar Allah saja, tetapi setelah saya mengamalkan dengan sungguh-sungguh. saya pun membuktikan hakikat diri..
ketika kita sudah masuk pada hakikat diri, kesadaran jiwa yang Sadar Allah.. maka kita akan memahami hakikat dari sesuatu, benar-benar di ajarkan Allah. itulah laduni, ilmu dari sisi Allah.
pandangan nya.. pandangan Allah..
pendengaran nya.. pendengaran Allah..
pengetahuan nya.. pengetahuan Allah..
bahkan gerak dan diam nya karna Allah..
jadi jelas berbeda.. pandangan orang syariat dan orang hakikat..
coba lah Dzikir Nafas Sadar Allah.. karna saya telah membuktikan, itulah metode untuk berguru kepada Allah.. maka nanti Allah sendiri yang akan mengajarkan..