Jumat, 08 September 2017

Patrap Tongkat



PATRAP TONGKAT

     Mengapa menggunakan tongkat? Menurut saya patrap tongkat ini ada sejarah nya dengan Nabi Sulaiman. Sewaktu Nabi sulaiman wafat, beliau bertumpu/bersandar kepada tongkat. Tiada yang mengetahui beliau wafat. Setelah tongkat nya itu patah di makan rayap barulah jasad nya roboh ke bawah. Di situ lah baru kaum nya dan para jin mengetahui bahwa beliau telah wafat.

     Ini juga ada kaitan nya dengan Sunan kalijaga yang bersemedi menunggui tongkat sunan bonang yang di tancap kan tegak lurus ke atas. Jadi patrap tongkat ini ialah sebagai alat stimulasi saja agar kesadaran jiwa kita lurus kepada Allah SWT. 

Cara latihan:

- Cari lah sebuah tongkat kayu yang panjang nya sama dengan tinggi tubuh kita, atau lebih panjang lagi, sekitar dua meter panjang nya. Usahakan tongkat kayu itu yang berat, jangan terlalu ringan. Cari lah tempat yang lapang dan luas. 

- Pegang lah tongkat itu dengan kedua tangan setinggi dada kita. Pejam kan mata, Sambungkan kesadaran kepada Allah. 

- Berdoa lah di dalam hati, “ya Allah, ajarkan lah hamba Patrap, izinkan hamba merasakan dan mengikuti daya Mu..” Lakukan seperti kita berzikir nafas.

- Ikuti keluar-masuk nya nafas dengan berserah diri total di iringi dzikir “Hu.. Allah..” Pada nafas keluar ada suatu daya yang menarik jiwa ini mikraj kepada Allah. Ikuti daya itu.

- Ketika ada suatu daya yang menggerakkan tongkat ikuti dengan berserah. Pelan tapi pasti. Kesadaran kita harus pada jiwa, jangan pada jasad. Nanti akan terpisah jasad ini mengikuti daya tongkat yang di gerak kan Allah. Dan jiwa ini mikraj meluncur kepada Allah. Lakukan sampai tongkat itu tenang Dan daya gerak nya halus.

     Apabila gerakan dan daya pada tongkat itu sangat besar sehingga membuat jasad ini terjatuh, terjungkal. Itu pertanda kita masih di kesadaran jasad. Belum masuk pada jiwa. jika tongkat itu daya nya melemah dan bergerak lembut berarti kita telah masuk kepada jiwa. metode ini sangat bagus untuk melatih kesadaran jiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar