Rabu, 14 Desember 2016

HUU.. ALLAH..


Huu.. Allah..
Dia.. Allah..
Dia..  Dia siapa..?
Allah.. Allah yang mana?

Huu Allah.. bukan sekedar kata, Huu Allah.. bukan sekedar sebutan,
Tetapi tuju lah sampai kita mengenal siapa yang mempunyai nama Huu.. Allah..
Mendekatlah, dan terus mendekat.. sampai kita menyaksikan, siapa dzat di sebalik Huu.. Allah..

Tanpa kesadaran, bagaimana mungkin kita mengenal NYA..
Tanpa kesadaran, bagaimana mungkin kita kan menyaksikan NYA..
Sedangkan Nafas saja berdzikir dengan sendiri nya, berulang kali menyebut Huu.. Allah.. tiada henti.
Ketika kita tidur, Nafas pun terus berdzikir tiada putus.

Mengapa kita lalai dari dzikir, lalai dari Sadar Allah?
Alat nya sudah ada pada diri, yaitu Nafas. Pakai lah nafas..
Berdzikir lah seirama keluar masuk nya nafas ini. Kelak kita kan menyaksikan. Nafas memang berdzikir Huu.. Allah.. Tanpa putus.

Jika sudah menyaksikan Nafas yang berdzikir Huu.. Allah.. dengan sendiri nya, berarti kita sudah dekat.
Dia.. Allah.. Dia.. Allah.. Dia Allah..
Di situ diri telah di tunjukkan. Kepada Dzat yang mempunyai Nama Huu.. Allah.. teruslah mendekat.. Teruslah berserah..
Maka diri kan memahami dan mengenal Dia lah Allah yang sesungguhnya. Yang tak di serupa kan dengan apa pun.

Begitu berhadapan dengan NYA.. sirna lah diri, lebur, fana..
Yang Ada hanya lah kesadaran(Sadar) dan Allah..
Itulah makna penyaksian, La ilaha ilallah..
Tiada lagi apa pun di situ, yang ada hanya lah SADAR dan ALLAH..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar