Kamis, 30 November 2017

BELI LAH WALAU TAK BUTUH

BELI LAH WALAU TAK BUTUH

Sudah menjadi aktivitas sehari-hari, setiap pagi saya mengantar anak ke sekolah. Setelah itu, saya selalu membeli kue-kue sarapan pagi untuk teman minum kopi. Baru deh saya nongkrong di kedai kopi, sampai menjelang anak saya selesai sekolah nya.

Dalam perjalanan menuju kedai kopi langganan saya, saya melihat di tepi jalan seorang kakek renta berumur 70 tahunan mendorong gerobak dagangan nya.

"Martabak.. martabak mini.. martabak mini..." kakek itu terus berteriak dengan suara nya yang hampir saja tak kedengaran.

Saya pun berlalu begitu saja tak membeli dagangan kakek itu, dalam hati nafsu ini berbicara..
" kan tadi kamu sudah membeli kue sarapan pagi? ngapain kamu beli lagi.. mubazir!"

" iya juga ya. Aku tak butuh..!" Bathin saya pun mengiyakan.

Semakin jauh saya meninggalkan kakek itu, saya seperti merasa bersalah.. Hati tak tenang. Seolah ada dorongan yang sangat kuat dan berkata jelas, " Beli lah walau kamu tak butuh!"

Akhirnya saya pun memutar balik sepeda motor saya menuju kakek tadi. Dan saya pun berhenti tepat di samping nya yang sedang mendorong gerobak nya.

" kek, martabak nya kek..!" Saya memanggil dengan isyarat ingin membeli.

Si kakek pun riang gembira. Dan berhenti mendorong gerobak nya.

"Martabak mini cu.. dua ribu aja, mau berapa?." Beliau memberi tahu, bahwa sepotong martabak itu seharga dua ribu rupiah.

"Saya beli enam ribu ya kek." Sengaja saya beli hanya tiga, karna sebelumnya saya sudah membeli kue sarapan pagi.

Kakek itu pun memasukkan pesanan saya ke dalam plastik. Ketika saya membayar uang sambil mengambil plastik itu, si kakek benar-benar bersyukur dan sangat gembira. Dia terus menerus mendoakan saya.

" Semoga Allah murah kan rezeki kamu selalu ya cu, kamu selalu di beri kesehatan. Aamiin.."

" iya kek. Aamiin.." cepat-cepat saya mengaminkan.

Mulut nya pun terus menerus komat-kamit membacakan ayat-ayat Al quran yang kurang jelas saya mendengar nya.

Saya pun tersentak heran. Saya hanya beli martabak hanya enam ribu rupiah, tetapi koq malah mendapatkan doa yang sangat panjang.. ini pasti pelajaran Allah.

Saya pun pamit. " makasih ya kek, hati-hati ya kek.." si kakek pun mengangguk penuh kebahagian. lalu saya kembali menuju kedai kopi.

Sesampai di kedai kopi, saya merenung kejadian tadi. Apa ya pelajaran Allah kali ini?

Dan hikmah yang saya dapatkan ialah, bisa jadi.. si kakek itu sudah mendorong gerobak nya sekian jauh tetapi belum ada seorang pun yang membeli dagangan nya. Dan saya lah orang pertama yang membeli. Makanya ia bersyukur, sehingga mendoakan saya.

Mungkin uang enam ribu rupiah tiada arti bagi kita, tetapi bagi yang benar-benar butuh itu sungguh sangat berharga. Di situ lah ia bersyukur.

Oleh karna itu, jika ada orang yang menjajakan dagangan nya, walau kita tak butuh.. ya beli lah..! Begitu lah cara kita membantu sesama.

Mungkin saja ada orang yang benar-benar susah, tetapi ia tak mau meminta-minta. Tetapi ia lebih suka berdagang, dan terkadang yang ia jual itu bukan yang kita butuhkan. Tetapi jika kita membeli justru orang itu akan sangat terbantu dan bersyukur.

Jadi, jika ada yang menawarkan dagangan nya, beli lah.. walau kita tak butuh. Itu juga salah satu cara kita membantu sesama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar