Nafas mengayun setiap waktu.
Ikuti saja irama nya..
Ikuti saja tarikan nya..
Ku terbang bagaikan menaiki pesawat antariksa, menembus atmosfer.. menuju luar angkasa..
Ternyata nafas itu adalah buroq, bersayap dan terbang secepat cahaya.
Nafas masuk.. ia mengepak kan sayap..
Nafas keluar.. ia melesat secepat kilat..
Tubuh ku bergetar..
Jiwa ku terguncang..
Sungguh sensasi yang menegangkan ku rasakan..
Jiwa ku terguncang..
Sungguh sensasi yang menegangkan ku rasakan..
Semakin ku berserah.. semakin cepat lah buraq terbang mengantarku kepada Nya..
Semakin lama.. diri semakin terpaku..
Jasad berdiam terbujur kaku..
Jasad berdiam terbujur kaku..
Aku bertanya di dalam diri, apakah ini mimpi atau kah aku mati?
Tidak, justru aku bangun dan hidup dalam kesadaran..
Tidak, justru aku bangun dan hidup dalam kesadaran..
Semakin lama, semakin tenang. ...
Semakin dalam, hilang lah getaran..
Aku menyendiri di tempat asing..kosong dan luas..
Sunyi, sepi, damai dalam kelapangan.. aku jadi betah di situ.
Semakin dalam, hilang lah getaran..
Aku menyendiri di tempat asing..kosong dan luas..
Sunyi, sepi, damai dalam kelapangan.. aku jadi betah di situ.
Ada suara yang mengingatkan,"jangan lah engkau berlama-lama di sini!" Aku pun tersentak dan melanjutkan perjalanan..
Sampai lah aku pada nirvana, sungguh indah di pandang mata. Ku berdiri di kaki bukit, memandang sekeliling ku.
Tiada tanah yang tidak di tutupi rumput. Hijau seluas mata memandang. Di bawah ku mengalir sungai-sungai kecil nan jernih.
Aku jadi berkata sendiri, "sungguh indah ciptaan mu ini ya Allah.. aku jadi betah di sini."
Tiba-tiba, berteriak lah di atas bukit sana, dengan suara nya yang menggema. " Hei.. Andy, jangan berlama-lama engkau di situ. Bukan di sini tujuan mu, Lanjutkan lah perjalanan mu."
Tiba-tiba, berteriak lah di atas bukit sana, dengan suara nya yang menggema. " Hei.. Andy, jangan berlama-lama engkau di situ. Bukan di sini tujuan mu, Lanjutkan lah perjalanan mu."
Sekali lagi aku tersentak..
Yang pertama, suara tanpa sosok. Yang kedua, suara dengan wujud nya. Ternyata dia lah guru ku yang mengajarkan dzikir nafas.
Yang pertama, suara tanpa sosok. Yang kedua, suara dengan wujud nya. Ternyata dia lah guru ku yang mengajarkan dzikir nafas.
Aku pun tersadarkan kembali..
Aku pun duduk di situ, memanggil-manggil Allah dengan mengharapkan pertemuan dengan Nya..
Semakin lama, tiada lagi sebutan..
Tiada lagi pandangan.. semuanya sirna.. fana..
Aku tetap duduk menunggu..
Jiwa ku pun melebur, hilang lah diri ku..
Yang ada hanya kesadaranku dan Allah di situ..
Tiada lagi yang ku ingat..
Tiada lagi yang ku rasa..
Tiada lagi yang ku rasa..
Yang ku tahu, Allah meridhoi aku yang sadar..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar