BERSERAH DIRI
Berserah diri itu, ya harus total..
Abaikan ego, malu, gengsi.
Jika masih malu, masih gengsi..
Berarti keakuan masih begitu kuat. Belum berserah total.
Ketika Allah buat kita tak berdaya, apakah kita bisa zero? Contoh nya begini, kita sedang membutuhkan suatu bantuan. Allah buat suatu keadaan kita yang benar-benar susah(tak berdaya).
Lantas datang lah seorang sahabat atau saudara menawarkan bantuan. Bagaimana sikap kita? Menerima atau menolak bantuan itu? Bagi sebahagian orang pasti menolak. Mengapa menolak? Mungkin karna tak mau berhutang budi. Atau karna malu dan gengsi.
Sikap ini ialah termasuk EGO. mengapa ego? Karna tak mengakui kelemahan diri nya. Sudah susah, tak mampu, tetapi bersikap sombong(gengsi tinggi). Ini belum berserah namanya.
Atau sebaliknya lebih ekstrim lagi. Allah buat kondisi kita yang benar-benar tak berdaya. Lantas kita memohon petunjuk kepada Allah, "ya Allah, aku memerlukan sejumlah uang, beri lah aku jalan keluar dari masalah ini, apa yang harus aku lakukan?" Lantas ada perintah untuk meminjam uang kepada si fulan.
Nah, apa yang kita lakukan? Padahal kita tak ingin berhutang, tetapi keadaan sangat memaksa. Pasti hati kita berkata, "Ah, aku malu meminjam uang pada nya(gengsi). Kalau dapat.. kalau tidak?" Berbagai perasaan di dada ini.
Ini lah orang yang masih memakai logika, perasaan, hati. Jika benar-benar kita Sadar Allah, tak kan lagi kita mengikuti kata hati. Tetapi berpedoman pada petunjuk-petunjuk Allah.
Mungkin sebahagian teman-teman pasti bingung, masa' sih petunjuk Allah di suruh berhutang? Sebenarnya itulah pelajaran zero, pelajaran berserah. Mengikuti saja pada segala perintah. Apakah kita masih ego, masih gengsi?
Jika benar-benar berserah, kita rela tampak hina, kita rela melepas malu. Tiada lagi kata gengsi. Karna itu petunjuk Allah.
Tetapi harus di pahami benar, mana kehendak diri dan mana kehendak Allah. Jika kita telah paham, ikuti lah kehendak Allah. Itulah hamba yang berserah diri..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar