Fathur ialah teman nya adik saya yang bekerja sebagai pelaut. Sebelum pulang ke surabaya ia menginap dua malam di gubuk saya. Selama di tempat saya kami pun banyak berbincang tentang perjalanan hidup ini.
Setelah ia mengetahui kehidupan saya, ia pun bertanya, "Padahal hebat juga cobaan hidup abang ya, tetapi mengapa bisa tenang begitu ya bang? Kalau saya pasti tidak bisa tenang seperti bang Andy, ada masalah sedikit pasti galau! Ini saja saya sudah menganggur.. tak tahu lagi nih gimana kedepan nya." Ada rasa khawatir di wajah si Fathur.
"Aduh, thur.. thur! Kamu masih lajang begini saja sudah galau, bagaimana jika posisi kamu seperti saya? Kamu masih enak thur, tiada tanggungan.. sedangkan saya ada anak-istri. Menganggur berbulan-bulan, Berhutang puluhan juta. Untuk membayar cicilan rumah ini saja saya tidak tahu, entah bagaimana cara nya." Saya pun membanding-bandingkan siapa di antara kami yang lebih besar masalah nya.
"Wah, jika saya di posisi abang.. pasti sudah gila saya bang! Saya tidak bisa setenang abang. Di saat terpuruk begini, mengapa abang koq begitu tenang?" Si Fathur makin bingung melihat saya.
"Saya sudah capek thur. Berusaha berlari dari masalah, tetapi nyata nya malah masalah yang lebih besar lagi yang datang. Saya berusaha mengakali masalah, tetapi saya sendiri yang susah!. Memang tiada lah yang dapat menolong jika Allah telah berkehendak akan sesuatu. Jika DIA menyempitkan rezeki seseorang, tiada yang dapat melapangkan nya.
Sekarang apa lagi yang bisa saya lakukan thur? Ya hanya berserah! Apa lagi yang bisa kita lakukan? Semua ini milik Allah thur, jika DIA mau mengambil kembali.. masa' kita mau berontak? Masa' Protes Allah mengambil kembali milik nya? Jika rumah ini di sita bank.. saya Ridho thur. Makanya saya tenang." Mengalir lah apa ada nya apa yang saya rasakan.
"Itulah orang gila thur, kalau kakak mana bisa tenang kalau belum selesai masalah." Istri saya pun akhir nya ikut bergabung dalam obrolan kami. Si fathur pun jadi geleng-geleng kepala mendengar jawaban saya.
"Hidup ini tidak boleh ego, jika masih merasa memiliki.. pasti lah susah, pasti lah galau. Tetapi ada satu rahasia thur.. Allah itu bisa kita ajak Nego, karna DIA maha kasih dan maha sayang.
"Nego nya bagaimana bang..? Si fathur makin penasaran.
"Hati mu harus Ikhlas, harus selalu ridho pada apa yang Allah kehendaki. Jika saat ini di beri susah, ya terima saja. Ridho saja..! Masa' sih kita sudah ridho Allah memberi kesusahan lagi? Justru nanti Allah akan sangat sayang pada kita. Pasti kan datang pertolongan Nya."
"Saya ini manusia biasa thur, bukan Nabi! Saya juga sering merasakan susah, galau, stress! Tetapi jika itu sering-seringan, akhirnya kan kebal juga. Ya jadi terbiasa! Hehe.. makanya saya tenang aja."
Mungkin bagi orang-orang yang mengalami seperti saya pasti bertanya-tanya thur. Salah saya apa sih, dosa saya apa.. hingga Allah menguji sebegini nya? Ujian bertubi-tubi, masalah tiada henti. Itu bukan hukuman Allah thur, sesungguhnya itu adalah Allah sedang membentuk kita.
Banyak hikmah di sebaliknya. Yang dahulu nya saya angkuh, sekarang menjadi layu. Yang dahulu nya saya sombong, sekarang menjadi kosong.
Saya jadi teringat pesan Pak cik Jamil dari singapura, pertanda Allah mencintai hamba nya.. maka hamba itu akan selalu di buat Nya menangis, ketakutan, penuh rasa harap cemas. Maka di situ barulah kita kuat bergantung kepada Allah, di situlah baru kuat keimanan kita.
Semakin lama Allah bentuk, maka si hamba itu kan menjadi hamba yang kuat. Tiada lagi rasa takut dan bersedih hati. Itulah hamba Allah yang sesungguhnya.
Jadi jika kamu masih takut thur akan hari esok bagaimana..? Berarti kamu belum hamba Allah, masih lagi hamba dunia..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar